1.01 Apakah yang dimaksud dengan SMPS
SMPS mempunyai dua buah arti
kata, yaitu :
Power Supply – Artinya suatu peralatan yang berfungsi untuk
menyediakan sumber daya listrik
yang cocok dengan suatu
peralatan. Pada umumnya
sumber listrik yang tersedia
adalah tegangan ac 220V sedangkan tegangan yang
dibutuhkan untuk suatu
peralatan umumnya adalah
tegangan dc.
Regulator Switching - adalah
suatu sirkit elektronik yang
berfungsi untuk membuat agar
tegangan keluaran stabil
terhadap perubahan-perubahan
seperti, tegangan masukan yang tidak konstan, arus beban yang
tidak konstan, temperature
ruangan yang tidak konstan.
1.02 Prinsip dasar kerja SMPS SMPS secara garis besar meliputi
kerja :
Penyerahan - merubah tegangan
masukan ac menjadi tegangan
keluaran dc
Konverter - merubah tegangan
dc menjadi tegangan keluaran
yang sesuai dengan kebutuhan
Filtering - menghilangkan denyut
(ripple) pada tegangan keluaran
Regulasi - membuat agar
besarnya tegangan keluaran
stabil terhadap perubahan
tegangan masukan dan
perubahan beban.
Isolasi - mengisolasi bagian
sekunder dari bagian primer,
dengan tujuan agar chasis
bagian sekunder kalau dipegang
tidak timbul bahaya kena
sengatan listrik.
Proteksi – mampu melindungi peralatan dari tegangan
keluaran yang over dan
melindungi power supply dari
kerusakan jika terjadi suatu
kesalahan.
1.03 Alasan mengapa menggunakan SMPS.
Hampir semua power supply saat
ini menggunakan SMPS, hal ini
karena regulator switching
mempunyai beberapa
keuntungan jika dibanding dengan regulator linear, seperti :
Lebih ringan dan ukuran lebih
kecil. Regulator linear
membutuhkan tranfo 50Hz yang
mempunyai inti besi yang berat.
Makin besar daya (Watt) makin
besar dan berat ukuran tranfonya. Sedang SMPS
menggunakan frekwensi diatas
20Khz. Makin tinggi frekwensi
switching, maka ukuran tranfo
dan kapasitor filter semakin kecil.
Lebih efisien pemakaian daya
listrik. Regulator switching lebih
sedikit menghasilkan panas,
berarti lebih sedikit daya listrik
yang hilang.
Range tegangan masukan yang
lebih lebar. SMPS mempunyai
toleransi range tegangan
masukan yang lebar. Dengan
tegangan masukan bervariasi
antara dc 150~300V (atau tegangan ac antara 90~265V),
switching regulator masih mampu
memberikan tegangan keluaran
yang stabil.
1.04 Kelemahan atau kekurangan SMPS
Kelemahan-kelemahan yang
dimiliki SMPS adalah :
SMPS membutuhkan sirkit
elektronik yang sedikit komplek
dan lebih rumit. Tetapi saat ini
sirkit sirkit SMPS sudah semakin
lebih sederhana dengan adanya
teknologi IC Hybrid Regulator seperti STR-Fxxxx, STR-Gxxxx,
dimana membutuhkan lebih
sedikit komponen luar.
Menghasilkan gangguan noise
frekwensi tinggi. Regulator linear
bekerja pada frekwensi 50Hz dan
menghasilkan gangguan denyut
frekwensi kelipatannya yang
dinamakan gangguan “Humming”. Sedang SMPS karena bekerja
pada frekwensi diatas 30 Khz
maka menghasilkan gangguan
frekwensi tinggi harmonis yang
dinamakan "noise" atau
"EMI" (electromagnetic interference).
Makin tinggi frekwensi switching,
makin besar gangguan EMI dan
makin besar kerugiannya daya.
Oleh karena itu frekwensi SMPS
pada televisi awalnya masih
dibatasi pada frekwensi dibawah 100Khz.
1.05 Topologi SMPS yang digunakn pada televisi.
Ada berbagai macam topologi
sirkit SMPS, tetapi yang paling
banyak digunakan pada televisi
adalah :
Buck SMPS atau Forward SMPS
seperti yang menggunakan
STR50092, STR50115.
Flyback SMPS, merupakan SMPS
yang sekarang dipakai hampir
digunakan pada semua pesawat
televisi dan mempunyai
karakteristik
Karakteristik Buck SMPS :
Tegangan masukan harus lebih
besar dari tegangan keluaran.
Oleh karena itu jika dipasang
pada tegangan 110v harus
melewati “sirkit pen-doubler” terlebih dahulu, dimana tegangan
ini akan dilipatkan menjadi 2x.
Chasis bagian primer
berhubungan langsung dengan
chasis bagian sekunder. Oleh
karena itu chasis sekunder tidak
boleh dipegang, ada resiko kena
sengatan listrik. Chasis semacam ini dinamakan “hot chasis” atau “non isolated”
Karakteristik Flyback SMPS :
Chasis bagian sekunder terisolasi
dari chasis bagian primer. Chasis
semacam ini dinamakan “cold chasis” atau “off line”.
1.06 Kenapa banyak macam sirkit SMPS.
Hal ini disebabkan karena
teknologi SMPS saat ini terus
dikembangkan dengan tujuan :
Agar sirkit elektronik makin
sederhana dan komponen makin
sedikit.
Agar ukuran dan beratnya
semakin kecil
Efisiensi terus ditingkatkan
dengan memperkecil kerugian
daya.
Gangguan yang noise atau EMI
sekecil mungkin.
Low audible noise, yaitu tidak
mengeluarkan suara yang dapat
mengganggu pendengaran.
Saat stand by membutuhkan
daya listrik sekecil mungkin.
Banyak negara maju sekarang ini
men-syaratkan bahwa daya
listrik pesawat saat stand-by
harus kurang dari 1 watt
Low cost, agar harga menjadi
semurah mungkin.
Reability ditingkatkan agar lebih
handal. Penyempurnaan sistim
protektor - agar regulator lebih
aman terhadap kesalahan
seperti, misalnya tegangan
output over, arus beban output over, temperatur over, terjadi
kerusakan pada rangkaian loop
umpan balik.
1.07 Bagian-bagian pokok dari sirkit SMPS
Bagian-bagian pokok dasar kerja
sebuah SMPS adalah sebagai
berikut :
Bagian penyearah. Disini
tegangan masukan dari jala-jala
listrik ac 220v disearahkan
menjadi tegangan dc
menggunakan diode bridge dan
sebuah elko filter besar.
Bagian pencacah atau power-
switching. Tegangan masukan dc
dicacah dengan menggunakan
"power switch on-off " sehingga
menghasilkan tegangan pulsa-
pulsa dc dengan frekwensi tinggi. SMPS televisi umumnya bekerja
pada frekwensi sekitar 30 hingga
80KHz. Sebagai power switch
dapat digunakan power
transistor bipolar atau power
MOSFET.
SMPS kontroler driver sebagai
pembangkit pulsa PWM (Pulse
Wave Modulation). Sebagai sinyal
drive untuk pencacah digunakan
sebuah ic yang berisi sirkit
osilator dan PWM sebagai pembangkit pulsa-pulsa PWM. Ada
sirkit SMPS yang tidak
menggunakan SMPS kontroler
driver, dalam hal ini transistor
power switching dibuat agar
dapat bekerja dengan cara “ber-osilasi sendiri”
Tranfo switching. Tegangan dc
yang telah dicacah mempunyai
karakteristik seperti tegangan
ac sehingga dapat dilewatkan
sebuah tranfo atau induktor
untuk dinaikkan ataupun diturunkan tegangannya.
Penyearahan dan filtering
tegangan keluaran. Tegangan
keluaran dari tranfo masih
berupa pulsa-pulsa frekwensi
tinggi dan kemudian dirubah
menjadi tegangan dc menggunakan diode penyearah
dan filter elko.
Loop umpan balik untuk membuat
tegangan keluaran agar
stabil. Sirkit loop umpan balik
dari tegangan keluaran B+ ke
bagian primer digunakan untuk
mengendalikan PWM.
Sirkit komparator atau
pembanding sebagai “error detektor”. Sebuah sirkit komparator pada bagian
sekunder dipakai untuk
mendeteksi jika terjadi
perubahan tegangan keluaran B
+. Komparator bekerja dengan
cara membandingkan tegangan keluaran B+ dengan sebuah
tegangan “referensi” (biasanya berupa tegangan diode zener
6.8v). Output komparator berupa
arus yang kemudian diumpan
balikkan ke bagian primer melalui
sebuah photo coupler. Kopling
menggunakan photocouler bertujuan untuk meng-isolagi
ground bagian primer yang
nyetrum jika dipegang (HOT
chasis) dengan ground bagian
sekunder (COLD chasis).
1.08 Filter noise EMI (electro- magnetic interference)
Bagian masukan listrik ac
terdapat filter EMI yang terdiri
dari sebuah kumparan dan
kapasitor khusus yang
dinamakan kapasitor X2 (dibaca eks-two) yang umumya
berbentuk persegi. Kelemahan
dari SMPS adalah dihasilkannya
noise frekwensi tinggi yang
dibangkitkan, dimana noise ini
dapat menimbulkan gangguan- gangguan pada peralatan
elektronik lainnya. Oleh karena
itu dicegah agar noise tidak
menjalar keluar lewat jaringan
listrik maka dipasang filter EMI
pada masukan sirkit SMPS.
Beberapa pengalaman yang
pernah kami jumpai dengan
masalah gangguan noise EMI ini
dilapangan adalah :
Menyebabkan VCD/DVD tidak
dapat baca TOC sehingga "no
disk"
Menyebabkan radio AM tidak
dapat terima siaran
Menyebabkan TV yang
berdekatan ada gangguan
gambar
1.09 Pembatas arus (surge current limiting)
Pada saat pesawat televisi
dihidupkan pertama kali, elko
besar pada sirkit SMPS yang
masih kosong membutuhkan
“arus pengisian sesaat” yang sangat besar. Hal ini dapat
merusak diode penyearah dan
dapat meyebabkan listrik rumah
“jeglek” jika dayanya hanya 450 watt.
Pesawat lama biasanya
menggunakan sebuah resistor
jenis semen UFR (Unflameable
resistor) sebagai pembatas arus.
Resistor ini kadang di-“short” menggunakan relay atau SCR jika
pesawat telah hidup, hal ini
bertujuan untuk menghemat
daya listrik.
Pesawat model-model baru
sekarang hampir semuanya
memasang sebuah NTC sebagai
pembatas arus (berbentuk bulat
seperti pil dan berwarna hitam)
1.10 Konfigurasi sirkit bagian pencacah.
Ada beberapam macam
konfigurasi sirkit bagian
pencacah yang dapat dijumpai
pada model-model pesawat
televisi.
Pencacah menggunakan sebuah
transistor power yang berosilasi
on-off sendiri. Sirkit ini banyak
digunakan pada televisi klas
ekonomis seperti merk-merk
China, yaitu SMPS yang menggunakan 3 buah transistor
yang terdiri atas sebuah
transistor power switching,
sebuah transistor error driver
C3807, dan sebuah transistor
error detektor A1015.
Pencacah menggunakan
sebuah IC yang sebenarnya
isinya mirip seperti sirkit 3 buah
transistor. Contoh ic semacam ini
adalah STR50092, STR50115,
STR54041, STR58041, STR51203
Pencacah menggunakan sebuah
power transistor atau power
MOSFET yang didrive
menggunakan sebuah ic SMPS
kontroler sebagai pembangkit
pulsa-pulsa. Contoh ic semacam ini adalah L6565, TEA1507,
NCP1207, TDA4605, MC44604
Pencacah menggunakan IC Hybrid
yang sebenarnya berisi sebuah
osilator PWM dan power
transistor atau power MOSFET
dalam satu kemasan. Contoh ic
semacam ini adalah STR6707, seri KA5Qxxxx, seri STR-Fxxxx, seri
STR-Gxxxx
1.11 Sirkit CLAMP atau SNUBBER (transient absorber).
Disebabkan karena kumparan
bagian primer tranfo switching
dilalui arus on-off dengan
frekwensi tinggi, hal ini
menyebabkan timbulnya tegangan induksi yang
dinamakan ”transient atau ringing", dimana tegangan
puncaknya dapat mencapai
antara 900~1100v. Tegangan
transient ini akan diterima power
switching dan lama kelamaan
dapat menyebabkan transistor atau MOSFET rusak. Kecuali itu
ringing menyebabkan timbulnya
gangguan noise atau EMI. Oleh
karena itu pada bagian primer
tranfo switching perlu dipasang
sirkit yang dinamakan Clamp atau Snubber sebagai peredam
tegangan transient ini.
1.12 Komparator dan PWM Komparator digunakan untuk
mendeteksi jika terjadi
perubahan tegangan keluaran B+
dan merubahnya menjadi arus
untuk diinformasikan ke bagian
SMPS kontroler PWM melalui ic photocoupler.
PWM akan mengatur agar
tegangan keluaran B+ tetap
stabil dengan cara sebagai
berikut.
Jika tegangan keluaran turun – maka arus yang melalui
komparator akan turun – arus yang melalui doiode photocoupler
akan turun – periode on PWM akan berubah tambah panjang – dan tegangan keluaran B+ akan
dinaikkan.
Sebaliknya jika tegangan
keluaran naik – maka arus yang melalui komparator akan naik – arus yang melalui diode
photocoupler akan naik – periode on PWM akan diperpendek – sehingga tegangan keluaran
akan diturunkan.
Sirkit komparator ada yang
menggunakan sebuah transistor
dengan sebuah zener diode.
Tetapi ada banyak macam sirkit
komparator lain yang sudah
berbentuk ic, misalnya TLP431, SE115, S185.
1.13 Televisi dengan 2 macam power suply.
Televisi model lama yang sudah
mempunyai kontrol remote
"power" kadang ada yang
memiliki 2 macam power suply :
Power suply khusus
untuk menghasilkan tegangan
mikrokontrol dan memori. Ada
yag masih menggunakan power
suply linear dengan tranfo biasa,
tetapi ada pula yang menggunakan SMPS
Power suply untuk menghasilkan
tegangan B+. Power suply ini
dikontrol on-off (hidup-mati) oleh
bagian mikrokontol. Oleh karena
itu jika ada kerusakan pada
bagian ini maka bagian mikrokontrol harus diperbaiki
lebih dahulu. Kontrol on-off dari
mikrokontrol dapat dilakukan
melalui “relay kontrol” atau melalui “photocoupler”
1.14 Tegangan yang keluaran yang dapat dirubah rendah dan
tinggi (normal)
Ada beberapa model televisi
dimana tegangan keluaran
dirancang dapat berubah dari
rendah ke tinggi (normal), yaitu :
Pada saat stand-by tegangan-
tegangan keluaran SMPS masih
rendah
Setelah power-on tegangan-
tegangan keluaran SMPS
berubah menjadi tinngi (normal).
Tujuan dari sirkit yang dibuat
demikian adalah untuk efisiensi
saat stand-by agar
menggunakan daya listrik sekecil
mungkin.
Rahasia cara kerja dari sirkit
semacam ini adalah pada sebuah diode dan transistor yang
dipasang pada photocoupler.
Pada saat stand-by - diode
photocoupler dihubungkan
langsung ke ground melalui
sebuah diode dan transistor-
drive yang pada posisi ‘ on”
Pada saat power-on – transistor drive akan “off’ sehingga hubungan diode ke ground akan
terputus. Dan diode photocoupler
akan tersambung normal melalui
komparator.
1.15 Sirkit protektor. SMPS yang menggunakan ic saat
ini sudah diperlengkapi dengan
beberapa macam protektor
degan tujuan :
Jika loop umpan balik terputus
tidak menyebabkan power-
switching rusak.
Melindungi dari over current
(OCP = over current protektor).
Mencegah tegangan keluaran B+
over (OVP = over voltage
protektor).
Beberapa ic SMPS mempunyai
fasilitas “auto re-start mode”. Artinya SMPS otomatis akan
hidup kembali secara otomatis
jika mati. Oleh karena itu
beberpa ic SMPS akan hidup-mati
sendiri jika terjadi protek. Hal ini
dapat dilihat dari lampu led yang kedip-kedip atau tegangan
keluaran yang goyang-goyang.
1.16 Kelebihan MOSFET dibanding transistor bipolar
Saat ini penggunaan MOSFET lebih
banyak dibandingkan dengan
penggunaan transistor power
untuk sirkit SMPS.
Kelebihan MOSFET dibanding transistor adalah :
Saat “on” mempunyai resistansi yang lebih kecil sehingga lebih
sedikit menghasilkan panas.
Membutuhkan sinyal driver yang
kecil sehingga langsung dapat di-
drive dari ic PWM kontroler.
Kerugian switching lebih kecil
sehingga panas yang ditimbulkan
lebih kecil dan pemakaian daya
listrik lebih efisien.
Mampu bekerja pada frekwensi
yang lebih tinggi.
1.17 SAFETY TIPS pada saat sedang memperbaiki sirkit SMPS
Demi keselamatan dan keamanan,
maka hal-hal yang perlu
diperhatikan sewaktu bekerja
memperbaiki bagian SMPS
adalah :
Anda telah memahami cara kerja
SMPS.
Jangan telanjang kaki. Selalu
pakai alas kaki yang kering.
Lepas jam tangan atau asesoris
lain seperti kalung dari bahan
logam dari tubuh Anda.
Gunakan penerangan yang
cukup.
Jika lagi lelah atau kantuk, tunda
dulu pekerjaan. Kesalahan kecil
mungkin bisa mencelakkan atau
menyebabkan kerusakan lain
yang lebih parah.
Gunakan Part asli untuk
mengganti part-part yang kritis
seperti misalnya fuse, fuse
resistor.
Kalau mempunyai - pasang
sebuah tranfo isolasi pada
masukan listrik jala-jala yang ke
tempat kerja dengan daya
200~500W. Tranfo isolasi adalah
tranfo AC yang mempunyai kumparan dengan perbandingan
1 : 1 artinya masuk 220V keluar
juga 220v. Hal ini untuk
mencegah terjadinya sengatan
listrik ketubuh kita kalau kita
pegang bagian primer (hot) SMPS atau saat memperbaiki SMPS hot
chasis.
Di-negara maju ada peraturan
bahwa seorang tekisi tidak boleh
bekerja sendirian. Minimal harus
ada seseorang yang menemani
bekerja yang dapat menolong
jika terjadi kecelakaan.
2. Kerusakan-kerusakan
SMPS
2.01 SMPS tidak kerja sama sekali atau tidak ada tegangan B
+
Periksa terlebih dahulu bagian
sekunder B+ mungin ada yang
short. Paling sering disebabkan
transistor HOT rusak. Hal ini
dapat menyebabkan SMPS tidak
mau berosilasi atau protek. Pada model tertentu kadang disertai
adanya suara dari bagain SMPS
jika beban B+ short.
Periksa mungkin power
transistor atau power MOSFET
short.
Periksa semua elko-elko yang
terdapat pada bagian primer
maupun sekunder dengan ESR
meter. Elko kering paling sering
menimbulkan problem pada sirkit
SMPS
Periksa resistor start-up yang
berfungsi untuk memicu agar
osilator bekerja pada saat
pesawat dihidupkan. Biasanya
terdiri dari buah resistor yang
mempunyai nilai ratusan kilo ohm dari tegangan 300v elko besar.
Pada SMPS dengan menggunakan
all transistor tegangan start-up
berfungsi untuk memberikan
tegangan bias pada transistor
power. Sedang pada SMPS yang menggunakan IC driver
digunakan untuk memberikan
tegangan start-up Vcc. Setelah
SMPS bekerja maka tegangan
Vcc IC driver akan diambil alih
dari tranfo switching melalui sebuah diode penyearah
tegangan take over.
Pada SMPS all transistor periksa
semua transistor lainnya
Pada SMPS dengan IC osilator
driver mungin IC rusak setelah
diperiksa tegangan start-up Vcc
ada.
Komponen pada sirkit
komparator pada bagian
sekunder ada yang rusak
Photo coupler rusak. Kolektor-
Emitor photo coupler kalau bocor
dapat menyebabkan SMPS tidak
mau berosilasi.
Periksa solderan-solderan,
terutama pada kaki-kaki tranfo
switching yang ada kemungkinan
retak.
2.02 Tips dan trick memperbaiki SMPS mati.
Menjumpai kerusakan SMPS maka
hal yang selalu kami lakukan
adalah prosedur seperti dibawah
ini, karena menurut kami hal ini
dapat mempercepat waktu pengerjaan.
Memeriksa apakah transistor
HOT short dengan ohm meter
Memeriksa apakah power
transistor atau MOSFET short
dengan ohm meter
Memeriksa kemungkinan ada
elko-elko kering pada bagaian
primer maupun sekunder dengan
ESR meter.
Memeriksa secara visual dengan
penerangan yang cukup
solderan-solderan.
Memasang lampu dop 100w/220v
secara seri pada masukan listrik
jala-jala untuk menghindari
kerusakan transistor atau
MOSFET power switching jika ada
masalah. Lampu seri dapat dipasang pada kaki-kaki dudukan
fuse dan melepas fuse untuk
sementara. Jika tegangan
keluaran sudah normal lampu
boleh dilepas dan fuse dipasang
kembali.
Jika elko besar masih menyimpan
muatan, maka kami pasang
sementara sebuah resistor
47k/2w antara kaki-kakinya.
Dengan demikian kita tidak perlu
harus sering membuang muatan. Jangan membuang muatan
dengan obeng karena akan
menimbulkan stres pada elko dan
dapat menyebabkan kerusakan.
Membuang muatan dengan cara
menempelkan solder ada resiko merusakan elemen solder. Ingat
tegangan elko adalah sekitar
300v sedang tegangan kerja
solder adalah 220v.
2.03 Power transistor langsung rusak lagi
Pada SMPS dengan all transistor
ada kemungkinan power
transistor langsung rusak lagi
setelah diganti baru. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena loop umpan balik dari bagian
sekunder ke bagian primer
terputus atau kerusakan pada
sirkit komparator. Yang paling
sering terjadi disebabkan karena
resistor yang bernilai 47k nilainya molor.
2.04 Indikator LED kedip-kedip tegangan B+ drops dan goyang-
goyang.
Problem sering terjadi pada
SMPS yang menggunakan ic yang
sudah diperlengkapi dengan
protektor. Tegangan goyang- goyang disebabkan karena SMPS
mati protek-hidup kembali secara
otomatis secara berulang terus
menerus. Kerusakan biasanya
disebabkan karena :
Elko tegangan Vcc IC osilator
driver ada yang kering.
Periksa diode pada sirkit
tegangan take-over. Mungkin
rusak atau solderan kendor.
Beban pada bagian sekunder
over karena ada kerusakan part
misalnya flyback, def yoke, atau
IC vertikal.
Loop umpan balik ada masalah.
2.05 Tegangan keluaran B+ drops.
Tegangan B+ drops dapat
disebabkan karena :
Elko tegangan B+ kering
Kerusakan pada sirkit
komparator, misalnya zener yang
bocor atau resistor yang molor.
Kerusakan photo-coupler.
Ada sirkit SMPS tertentu dimana
pada saat stand-by tegangan B+
memang dibuat rendah. Dan
tegangan B+ akan normal jika
power sudah di-on-kan. Jika
tegangan tidak mau normal maka coba periksa sirkit kontrol on-off
dari mikrokontrol ke sebuah
diode yang dipasang pada photo-
coupler.
Solderan yang kurang kontak
kadang juga menjadi penyebab
masalah ini.
Kerusakan elko besar yang
sedikit kering kecuali dapat
menyebabkan tegangan B+ drops
kadang ditandai dengan
timbulnya gangguan gambar
yang berupa garis-garis horisontal ditengah layar disertai
timbulnya gangguan suara yang
berisik.
2.06 Pada saat britnes gambar bertambah terang tegangan B+
drops
Pada pesawat China yang
menggunakan SMPS all transistor
kadang dijumpai problem :
Jika britnes gambar berubah
terang, raster menjadi kecil
Jika tegangan screen dinaikkan,
raster menjadi mengecil
Kedua problem diatas
dapat disebabkan karena
tegangan B+ drops. Penyebabnya
adalah “diode zener” yang umumnya bernilai 7.5v yang ada
pada bagian primer rusak bocor.
Diode ini sebenarnya berfungsi
sebagai protektor, untuk
melindungi kerusakan transistor
power jika ada problem pada loop umpan balik.
2.07 Elko-elko pada bagian sekunder pada meletus pada
SMPS China
Kami kadang menjumpai
kerusakan beberapa elko pada
bagian sekunder yang rusak
meletus. Setelah elko-elko diganti, diperiksa semua
tegangan normal-normal saja.
Tetapi setelah diambil konsumen
beberapa hari kemudian
kerusakan serupa kembali
terjadi. Elko-elko kami ganti lagi dan kami coba dirunning di
kantor hingga seminggu lebih
tidak ada masalah. Tetapi begitu
dikembalikan ke konsumen,
terjadi problem serupa lagi.
Menghadapai masalah seperti ini
hingga saat ini kami belum dapat
menemukan akar penyebabnya.
Dan solusi yang kami terapkan
adalah mengganti semua elko
dengan tegangan yang lebih tinggi. Misalnya elko 35v kami
ganti dengan 50v.
2.08 Saat stand-by timbul suara, saat hidup normal
Biasanya hal ini terjadi jika
tegangan listrik jala-jala lebih
dari 220v. Hal ini disebabkan
beban SMPS yang terlalu minim.
Solusinya pasang resistor tambahan dengan nilai 12k/2w
antara B+ dan ground.
2.09 Tegangan keluaran rendah
tidak mau naik.
Pada televisi yang
mempunyai sistim kerja tegangan rendah saat stand-by dan tegangan normal jika power
"on", maka problem bukan
disebabkan kerusakan pada
bagian SMPS.
Disebabkan karena kerusakan
pada sirkit kontrol on-off dari
mikrokontrol ke sebuah diode
dan transistor yang dipasang
pada photocoupler. Lacak part-
part pada sirkit tersebut.
Untuk memastikan coba open
dulu diode atau transistor.
Tegangan apakah dapat berubah
naik menjadi normal.